CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 15 Juli 2011

Festival - festival populer di Jepang

Pengen banget nih liburan di Jepang, apalagi di Jepang banyak festival-festival menarik.
Ada Shogatsu, Hinamatsuri, Hanami, Tanabata, Shichi-Go-San, Omisoka.
Hmm.. kalau ingin tau, yuk kita bahas satu persatu.


SHOGATSU (1-3 Januari)



Salah satu peristiwa pertama,dan penting dalam setiap tahun di Jepang,adalah Shogatsu.  Untuk menyambut datangnya tahun baru mereka bersiap-siap,diantaranya membersihkan rumah,kantor,pabrik,menyiapkan masakan spesial tahun baru yang disebut Osechi Ryouri,dan membuat dekorasi yang di pasang didepan rumah,kantor,pabrik,yang disebut Kadomatsu. 
Pada hari pertama tahun baru,biasanya seluruh anggota keluarga berkumpul,dan duduk bersama,dengan memanjatkan harapan semoga mngalami kesuksesan pada tahun yang akan datang atau yang akan dilewati nanti.
Biasanya dalam kondisi ini semua anggota keluarga saling mengobrol,sambil menyantap hidangan menu spesial tahun baru,dan mereka melakukan Kanpai (toast) untuk semangat menyambut tahun baru.

Dalam satu hari pada awal tahun baru,mereka mengunjungi temple,atau tempat peribadatan mereka,untuk berdoa dan memanjatkan harapan mudah mudahan diberi kesuksesan pada tahun yang akan datang.
Pada acara ini kebanyakan para wanita memakai pakaian tradisional Jepang (Kimono)
Yang berwarna-warni.

Dalam perayaan tahun baru ini mereka biasanya saling mengirimi Kartu ucapan tahun baru kepada famili,teman,relasi.kartu ucapan tahun baru ini disebut dengan 
Nengajo.

Untuk menyambut tahun baru ini ,biasanya libur mulai tanggal 29 Desember,sampai 3 Januari,ini juga tergantung dari masing –masing kesibukan yang ada.
Banyak kantor,perusahaan yang libur pada tanggal- tanggal itu,karena mereka ingin melewati perayaan tahun baru.

Setiap orang pada saat bertemu dengan yang lainnya pada peringatan tahun baru ini ,saling mengucapkan salam Akemashite Omedeto Gozaimasu.Yang artinya adalah selamat Tahun Baru.
Anak – anak pada tahun baru ini biasanya menerima Otosidama,yaitu uang yang disimpan dalam amplop warna warni,dari orang tuanya,mereka juga bermain layang-layang,hanetsuki,karuta,dan lain-lain.
 


HINAMATSURI (3 Maret)



Hinamatsuri adalah perayaan anak perempuan yang dirayakan setiap tanggal 3 Maret di Jepang. Hinamatsuri berasal dari kata 'hina' yang berarti sang putri atau anak perempuan dan 'matsuri' yang berarti perayaan. Sebelum Jepang menggunakan kalender Gregorian (penanggalan Masehi), Hinamatsuri dirayakan pada hari ke-3 bulan ke-3 menurut penanggalan Lunisolar. Hari tersebut disebut juga momo no sekku (perayaan bunga persik), karena bertepatan dengan mekarnya bunga persik. Sejak jepang memakai kalender Masehi, perayaan Hinamatsuri berubah menjadi tanggal 3 Maret. Walaupun begitu, masih ada orang yang merayakan Hinamatsuri menurut penanggalan Lunisolar (sekitar bulan april pada kalender Masehi).

Hinamatsuri diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Setiap keluarga yang memiliki anak perempuan memajang 1 set boneka yang disebut hinaningyo beberapa hari sebelum tanggal 3 Maret. Sesudah Hinamatsuri selesai, hinaningyo harus cepat-cepat disimpan karena konon, boneka yang dapat menyerap dan mengurung roh-roh jahat dalam tubuhnya ini akan mengeluarkan roh jahatnya sehari sesudah Hinamatsuri berakhir sehingga kemalangan akan mendatangi keluarga tersebut.Susunan boneka Hinaningyo Boneka-boneka hinaningyo disusun di atas panggung bertingkat yang mirip tangga (disebut dankazari) yang dialasi kain berwarna merah. Jumlah anak tangga bervariasi, makin banyak anak tangga, makin banyak bonekanya. Orang tua pada jaman dahulu berlimba-lomba membelikan anaknya boneka terbaik, termahal, serta dengan anak tangga terbanyak. Makin banyak anak tangga juga berarti semakin kaya keluarga itu. 
Karena jumlah tangganya bervariasi, cara menata bonekanya pun bervariasi. Tapi yang pasti, di tangga teratas diletakkan 2 boneka yaitu o-dairi-sama (kaisar) dan o-hina-sama (permaisuri). Hinaningyo yang paling sederhana hanya terdiri dari 2 boneka ini. Urutan kiri-kanan dalam peletakan kedua boneka ini berbeda di beberapa daerah. Ada yang meletakkan kaisar di sebelah kanan karena dianggap kanan lebih tinggi kedudukannya, tetapi ada yang mengatakan sebaliknya.Pada tangga kedua dan seterusnya, diletakkan bermacam-macam boneka, seperti puteri istana, pemusik, menteri, pesuruh pria, dayang-dayang, serta miniatur mebel yang dijadikan hadiah pernikahan.

HANAMI (akhir Maret hingga awal April)

Jepang memiliki tradisi khusus untuk menikmati mekarnya bunga-bunga di awal musim semi, yang dikenal dengan istilah “hanami” (花見), berasal dari kata “hana=花” yang berarti bunga, dan “mi=見” yang berarti melihat. Bunga yang dimaksud di sini adalah bunga sakura dan ume. Tradisi hanami sendiri telah dikenal sejak abad 7, tepatnya saat pemerintahan Zaman Nara. Pada awalnya tradisi ini hanya terbatas untuk kalangan bangsawan saja. Berlanjut ke Zaman Heian, hingga akhirnya diperbolehkan untuk kalangan samurai dan khalayak umum sejak Zaman Edo. Tokugawa Yoshimune adalah tokoh yang terkenal dengan usahanya untuk menanam banyak pohon sakura di masa itu.

muda-mudi Jepang pun sangat antusias ikut hanami, ada yang berpakaian tradisional yukata

muda-mudi Jepang pun sangat antusias ikut hanami, ada yang berpakaian tradisional yukata
Kini, hanami menjadi tradisi yang ditunggu-tunggu dan tidak akan dilewatkan oleh masyarakat Jepang. Mereka akan berbondong-bondong pergi ke taman-taman yang dipenuhi oleh pohon sakura. Masa mekar bunga sakura sangat terbatas, hanya sekitar sepuluh hari saja. Tak heran, orang akan mengamati dengan cermat jadwal mekarnya sakura. Jepang yang merupakan negara kepulauan membentang dari utara ke selatan, memungkinkan untuk memiliki musim sakura sejak pertengahan Januari dimulai dari bagian paling selatan yakni Okinawa, sampai sekitar akhir Mei di bagian paling utara yakni Hokaido. Perkiraan cuaca yang disiarkan di televisi bahkan akan memberikan perkiraan jadwal mekarnya bunga sakura ini di masing-masing wilayah.

menikmati makanan di restoran terbuka di bawah naungan bunga sakura menjadi salah satu pilihan menarik

menikmati makanan di restoran terbuka di bawah naungan bunga sakura menjadi salah satu pilihan menarik
Ada yang menarik dari hanami, yang ternyata bukan hanya sekedar kegiatan melihat bunga sakura. Tradisi ini menjadi unik karena hanami telah berkembang menjadi kebiasaan untuk pesta di bawah pohon sakura. Biasanya orang-orang akan datang secara berombongan, menggelar semacam plastik atau tikar dan berpesta di situ, antara lain minum sake dan makan-makan. Mereka bisa saja datang membawa bento (bekal) dari rumah, tapi bagi yang tidak membawa makanan, di sana tersedia warung-warung tenda yang menyediakan berbagai macam makanan seperti takoyaki, yakisoba, udon, yakitori, ayam goreng, sosis tusuk, berbagai cemilan manis, bahkan sampai mainan anak-anak. Suasananya sungguh meriah, apalagi saat musim sakura mencapai puncaknya. Bisa dipastikan taman-taman akan penuh dengan orang-orang yang datang untuk hanami. Pesta hanami ini tidak hanya dilakukan pada siang hari, namun juga malam hari, atau biasa disebut dengan “yozakura”. Banyak taman-taman yang menyelenggarakan light up pada musim sakura.

berpesta bersama kolega di atas gelaran tikar di bawah pohon sakura

berpesta bersama kolega di atas gelaran tikar di bawah pohon sakura
Yang tak kalah menariknya adalah beberapa fakta yang ada di balik hanami, di antaranya adalah trik-trik untuk mendapatkan lokasi hanami. Biasanya, untuk rombongan besar akan memburu tempat yang strategis untuk digelari tikar. Biasanya dari sejak malam sebelumnya ada yang ditugasi khusus untuk mencari lokasi yang strategis, kemudian menggelar tikar di situ dan menunggu hingga esok pagi. Kalau tidak, bisa-bisa direbut oleh rombongan lain. Namun ada juga yang tidak memperbolehkan pola seperti itu, karena sangat rawan perkelahian. Adalah Maruyama Koen, taman paling ramai di Kyoto saat musim sakura, sudah sejak lama dikuasai oleh jaringan yakuza (organisasi tradisional preman di Jepang sejak pertengahan Zaman Edo). Untuk memperoleh jatah tempat, tinggal mengontak jaringan yakuza, dan membayar seharga 700 yen untuk tempat seluas 1 tatami (kira-kira 1×2 meter). Harga ini sudah termasuk sewa alas (terpal) dan tikar bekas tatami. Bayangkan saja kalau satu rombongan memerlukan luasan tempat setidaknya 30 tatami, berarti harus siap-siap uang 21.000 yen alias Rp 2.100.000 saja :-)
Mahal? ya, tentu saja. Tapi tak perlu kuatir. Kalau sekedar hanami sendiri atau dengan beberapa orang saja, bisa memilih tempat-tempat yang tak perlu membayar :-)
TANABATA (7 Juli)

Tanabata (七夕?) atau Festival Bintang adalah salah satu perayaan yang berkaitan dengan musim di Jepang, Tiongkok, dan Korea. Perayaan besar-besaran dilakukan di kota-kota di Jepang, termasuk di antaranya kota Sendai dengan festival Sendai Tanabata. Di Tiongkok, perayaan ini disebut Qi Xi.

Tanggal festival Tanabata dulunya mengikuti kalender lunisolar yang kira-kira sebulan lebih lambat daripada kalender Gregorian. Sejak kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang, perayaan Tanabata diadakan malam tanggal 7 Juli, hari ke-7 bulan ke-7 kalender lunisolar, atau sebulan lebih lambat sekitar tanggal 8 Agustus.

Aksara kanji yang digunakan untuk menulis Tanabata bisa dibaca sebagaishichiseki (七夕?, malam ke-7). Di zaman dulu, perayaan ini juga ditulis dengan aksara kanji yang berbeda, tapi tetap dibaca Tanabata (棚機?). Tradisi perayaan berasal dari Tiongkok yang diperkenalkan di Jepang pada zaman Nara.
Tanabata (Festival bintang) merupakan salah satu tradisi kebudayaan jepang yang diselenggarakan setiap tangga 7 Juli. Pada perayaan Tanabata, orang jepang memiliki tradisi untuk menuliskan harapan-harapan pada secarik kertas kecil berwarna-warni, kemudian menggantungkannya di batang pohon bambu yang diberi nama "Sasa". Tradisi menggantungkan kertas harapan di pohon bambu 'Sasa' ini, berakhir ketika 'Obon Matsuri' (Festival Arwah) diselenggarakan yaitu sekita tgl 13-15 Agustus.Tanabata (festival bintang) ini diambil dari salah satu cerita legenda tua china. Diceritakan, pada suatu masa hidup seorang Dewa Bintang dengan seorang putri cantik yang bernama 'Orihime' (Putri Rajut) yang dikenal sebagai bintang Vega. 

Setiap hari 'Orihime' (Putri Rajut) berkerja merajut pakaian yang disebut 'Tanahata' untuk dipakai kepada sang Dewa. Hal ini membuat sang Dewa bintang merasa cemas karena melihat putrinya yang selalu bekerja keras merajut pakaian tiada henti. Untuk menghibur hati sang putri 'Orihime', dewa memutuskan untuk mencarikannya teman. Akhirnya dewa memperkenalkan Orihime dengan seorang pemuda bernama Kengyuu (Penggembala Sapi) yang dikenal sebagai bintang Altair.Kengyu adalah seorang pemuda yang setiap hari bekerja sebagai penggembala sapi. Ia terkenal rajin dan ulet. Setelah Orihime berkenalan dengan Kengyuu, keduanya merasa jatuh hati. Setiap hari mereka berusaha bertemu sehingga melupakan masing-masing pekerjaannya. Orihime melupakan pekerjaannya merajut baju, sehingga sang dewa tidak memiliki baju 'Tanahata' untuk dipakainya. Sedangkan Kengyuu melupakan sapi-sapinya sehingga sapi-sapi tersebut banyak yang sakit.Melihat hal ini dewa bintang sangat marah. Akhirnya dewa memutuskan untuk menjauhkan Orihime dari Kengyuu. Sang Dewa membawa Orihime (Putri Rajut) ke sebuah tempat yang dihalangi oleh sungai besar bernama Ama no Kawa (Sungai Surga - The Milky Way) agar tidak bisa bertemu dengan Kengyuu. Dipisahkan dari sang kekasih membuat Orihime bersedih dan menangis setiap hari.Sang Dewa yang merasa kasihan melihat Orihime, akhirnya mengiziknkan Orihime untuk bertemu dengan Kengyuu satu tahun sekali pada tanggal 7 Juli yang dipercaya sebagai tanggal keberuntungan. Tetapi jika hujan turun pada tanggal tersebut air sungai Ama No Kawa akan meluap, sehingga sepasang kekasih tersebut tidak bisa bertemu. Agar hujan tidak turun pada tanggal yang telah dijanjikan, tanggal 6 Juli mereka berdoa kepada dewa bintang dengan menuliskan sajak berupa harapan diatas secarik kertas warna warni yang disebut 'Tanzaku' kemudian menggantungkannya di batang pohon bambu.Berdasarkan cerita ini, membuat orang jepang selalu merayakan tradisi Tanabata (Festival bintang) setiap tgl 7 Juli. Perayaan ini mulai dikenal di Jepang sejak zaman Edo (1603-1867). Pada mulanya mereka hanya ikut mendoakan agar pada hari itu cuaca cerah sehingga Orihime dan Kengyuu bisa bertemu. Tetapi seiring berjalannya waktu, selain mendoakan agar Orihime dan Kengyuu dapat bertemu, saat ini orang jepang terbiasa mengikuti kebiasaan sepasang kekasih tersebut, menuliskan harapan-harapan mereka di atas secarik kertas berwarna warni dan menggantungkannya di batang pohon bambu yang disebut "sasa", agar doa mereka terkabul. Harapan-harapan itu dituliskan dalam secarik kertas berwarna warni untuk mengibaratkan bintang yang berwarna warni yaitu Vega dan Altair yang berada di galaksi bima sakti. 

Pernak-Pernik Festival Tanabata 

washi : kertas aneka warna berbentuk ulir melambangkan benang yang akan digunakan oleh Orihime
senbatsuru atau krans bangau : krans yang terbuat dari origami berbentuk lipatan bangau yang merupakan lambang pengharapan keselamatan dan kesehatan untuk seluruh keluarga:
tanzaku : berupa potongan kecil kertas persegi bertulisan berbagai harapan sang penulis untuk kemajuannya di bidang pengetahuan dan bertambahnya kemahiran mereka melukis kaligrafi huruf Jepang.
Kamigoromo :  yakni kimono kertas yang melambangkan wujud manusia agar dijauhkan dari penyakit dan malapetaka.
Kuzukago : kantong tempat sampah,yang melambangkan kebersihan dan juga dibutuhkan masyarakat
toami :semacam jaring ikan yang terbuat dari potongan kertas melambangkan panen. Merupakan metafora harapan dari para nelayan dan petani agar usaha mereka berhasil.





SHICHI GO SAN (15 November)




Shichi-Go-San (七五三 Shichigosan?, 3, 5, 7) adalah nama upacara di Jepang yang merayakan pertumbuhan anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Perayaan dilakukan setiap tahun sekitar tanggal 15 November dan bukan merupakan hari libur.
Peserta perayaan adalah anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun, dan anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun. Umur-umur tersebut dipercaya sebagai tonggak sejarah dalam kehidupan, dan angka-angka ganjil menurut tradisi Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan. Anak-anak yang cukup umur sebagai peserta Shichi Go San didandani dengan kimono dan dibawa ke kuil Shinto untuk didoakan. Orang tua memanfaatkan kesempatan ini untuk mengabadikan anak-anak yang sudah berpakaian bagus dengan berfoto di studio foto.
Anak-anak yang merayakan Shichi Go San mendapat hadiah permen panjang yang disebut permen chitose (千歳飴 chitoseame?, permen seribu tahun) yang dipercaya membuat anak sehat dan panjang umur. Kantong tempat permen chitoseame bergambar kura-kura danburung jenjang yang merupakan simbol umur panjang.
Asal usul
Hari ke-15 menurut kalender Tionghoa merupakan hari baik dan semua yang dilakukan di hari tersebut dipercaya membawa keberuntungan, dan bulan 11 merupakan bulan selesai panen. Orang zaman kuno pergi ke kuil di bulan purnama hari ke-15 bulan ke-11 untuk berterima kasih atas hasil panen. Kesempatan ini sekaligus digunakan untuk berterima kasih atas pertumbuhan anak, serta memohon perlindungan agar anak tetap sehat dan dapat tumbuh hingga dewasa.
Di zaman dulu, angka kematian anak kecil sangat tinggi sehingga lahir tradisi merayakan anak-anak yang berhasil mencapai usia tertentu di kalangan keluarga petani di Jepang. Tradisi ini meluas ke kalangan samurai yang menambahkan sejumlah upacara. Anak perempuan dan anak laki-laki berusia 3 tahun mengikuti upacara Kamioki yang menandai mulai dipanjangkannya rambut anak setelah sebelumnya selalu dicukur habis. Anak usia 5 tahun mengikuti upacara Hakama-gi yang menandai pertama kali anak mulai memakai hakama dan haori. Anak perempuan mengikuti upacara Obitoki Himo-otoshi yang menandai pergantian kimono yang dipakai anak perempuan, dari kimono anak-anak yang bertali menjadi kimono berikut obi seperti yang digunakan orang dewasa. Kesempatan Shichi Go San sering merupakan kesempatan pertama bagi anak perempuan untuk merias wajah.
Sejak kalender Gregorian digunakan di Jepang, perayaan dilangsungkan pada 15 November. Di zaman sekarang, waktu membawa anak ke kuil sebagai Shichi Go San sudah disesuaikan dengan waktu libur orangtua. Anak boleh dibawa kapan saja ke kuil di sepanjang bulan November (hari Sabtu, Minggu, atau hari libur), dan tidak harus persis di tanggal 15 November. Di Hokkaido dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan sering dilakukan sebulan lebih awal pada 15 Oktober.

OMISOKA (31 Desember)

Ōmisoka (大晦日 ?) atauŌtsugomori (大つごもり ?)adalah istilah bahasa Jepanguntuk hari terakhir dalam setahun. Sewaktu kalender lunisolar seperti kalender Tempō masih digunakan di Jepang, ōmisoka jatuh pada bulan ke-12 hari ke-30, atau bulan ke-12 hari ke-29. Setelah menggunakankalender Gregorian, ōmisoka jatuh pada tanggal 31 Desember. Dalam penanggalan lunisolar, "misoka" berarti hari terakhir dalam sebulan, sedangkan hari terakhir dalam setahun disebut Ōmisoka (misoka besar). Kata "misoka" berarti tanggal 30, dan berasal dari kata "miso(三十 ?, tiga puluh).
Sepanjang hari terakhir dalam setahun, orang Jepang disibukkan dengan berbagai tradisi "toshi koshi" (melewatkan tahun). Malam pergantian tahun (31 Desember hingga 1 Januari pagi hari) disebut "joya" (malam tahun baru), dan merupakan kesempatan berkumpul bagi anggota keluarga. Pada malam pergantian tahun tahun baru, di Jepang terdapat tradisi memakan soba yang disebut toshikoshi soba dan ikan sarden (toshikoshi iwashi). Selain itu, orang Jepang memiliki tradisi menyambut toshigami (dewa tahun baru) dengan cara tidak tidur hingga di pagi hari. Orang yang lekas tertidur dipercaya rambutnya menjadi beruban. Di malam pergantian tahun, kuil-kuil Buddha melakukan tradisi membunyikan genta malam tahun baru sebanyak 108 kali yang melambangkan jumlah nafsu manusia. Salah satu acara televisi untuk menyambut pergantian tahun adalah NHK Kōhaku Uta Gassen.



2 komentar:

Posting Komentar